Danau Seribu Lintah itu Bernama Situ Gunung

Situ Gunung

Pada trip kali ini, saya mengalami serangan lintah yang cukup parah, kisah ini bermula ketika saya dan teman-teman mengunjungi Situ Gunung, sebuah kawasan wisata di Sukabumi. Kabupaten Sukabumi, adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat.

Situ Gunung
Bunderan Adipura, Kota Sukabumi

Situ Gunung, adalahSebuah danau yang berada di ketinggian sekitar 850 mdpl di kaki gunung Gede Pangrango. Lokasi danau ini sendiri masih berada di kompleks Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sekitar 16 km dari pusat kota Sukabumi

Gunung Gede
Gunung Gede via: setapak kecil

Situ Gunung adalah sebuah danau yang berlokasi di Kecamatan Kadu Dampit, Sukabumi. Berada di kaki Gunung Pangrango, sektiar 16 KM dari Kota Sukabumi, Situ Gunung adalah sebuah danau yang sangat indah dan hijau. Disini anda juga bisa berkemah, namun hati-hati jika anda membawa kamera DSLR anda akan kena pungli sebesar Rp.200.000,00-. Pada akhir januari 2015 lalu, saya dan teman-teman berwisata ke situ gunung. Kami sampai sekitar sampai sekitar jam 4 pagi, waktu itu kondisi masihlah gelap. Namun kondisi gelap tidak menyurutkan niat preman setempat untuk melakukan pungli, untungnya teman saya berbohong dengan mengatakan “kita foto make kamera hp kok mas” sehingga kami tidak perlu membayar lebih.

Situ Gunung
Pemandangan indah yang menyambut kedatangan kami kesana, photo by: Abdurrahman Zaki

Selain pemandangan danaunya yang menyejukkan, disana juga ada air terjun yang tidak kalah bagusnya. Setelah puas foto-foto, kami bergegas menuju lokasi air terjun tersebut, karena tidak kami tidak tau jalan, kami memutuskan menggunakan metode GPS (gunakan penduduk sekitar) untuk menemukan lokasi air terjun tersebut. Ternyata lokasi air terjun cukup terpencil sehingga kami harus trekking sekitar 1 jam.

Situ Gunung
jalur trekking menuju air terjun, photo by: Abdurrahman Zaki

Awalnya perjalanan terasa lancar karena jalur masih datar, namun lama kelamaan jalurnya jadi naik persis seperti ketika naik gunung. Hambatan tidak hanya dari jalurnya namun dari penunggu jalur tersebut. Siapa sangka kalau jalur yang kami lalui penuh dengan lintah.

lintah Situ Gunung
lintah adalah binatang kecil penghisap darah, gigitannya sulit untuk dilepaskan.

Saat kami sadar, lintah sudah menempel pada kaki kami, Sebenarnya gigitan lintah sama sekali tidak berasa, namun teriakan dari seorang wanita teman kami yang merasa geli dengan lintah membuat heboh.

Situ Gunung
seharusnya tidak perlu sampai berteriak, via: www.donnasbigredchair.net

Setelah puas mencabut lintah yang menempel pada kaki, kamipun berencana melanjutkan perjalanan menuju air terjun. Rute yang kami tempuh makin lama makin sempit dan menanjak, bahkan kamipun harus melewati batuan-batuan dan jembatan yang berlumut.

Situ Gunung
Tidak perlu terburu-buru untuk menyebrang, biar pelan asal selamat, ilustrasi by: Jan Mallander

Menyebrangi jembatan berlumut tidaklah sulit bagi saya yang sudah terbiasa berolahraga pagi, namun lain halnya dengan teman saya yang berukuran big size. Baginya, menyebrangi jembatan lumut ini terasa sesulit menyebrangi jembatan tali.

Situ Guntung
Pada beberapa daerah, sekolah adalah hal yang mewah, via: dailymail

‘Gubraaaaakk’ begitulah suara yang terdengar, teman saya yang berbadan besar terpeleset dan terjatuh. Saking kerasnya benturan yang terjadi, jembatan yang kami naikipun patah.

Situ Gunung
jembatan yang rusak, photo by: ottavio

saya yang sedang membantunya menyebrang jadi ikut terjatuh dalam kondisi tangan yang masih berpegangan. Hemm, sangat romantis bukan?

Situ Gunung
Kecantikan hati jauh lebih penting dibanding kecantikan fisik, anda setuju kan?

Seandainya wujud teman saya itu seperti model pada foto diatas, tentu momen kami barusan akan menjadi sangat romantis. Walaupun terjatuh, namun tubuh saya yang kuat nan perkasa tetaplah bugar. Sebenarnya saya siap untuk melanjutkan perjalanan, namum karena kondisi teman-teman yang sudah tidak memungkinkan, perjalanan terpaksa kami hentikan dan akhirnya kamipun bergegas untuk kembali turun. Akhirnya kami hanya bisa menikmati air terjun via foto yang kami unduh dari internet.

Situ Gunung
air terjun sawer, 2km dari situgunung via: pariwisataindonesia.info

Sepulang dari Situ Gunung, kami melanjutkan perjalanan ke kota Bandung, kota mode nomor 1 di Indonesia yang mendapat julukan Paris Van Java. Nantikan kisahnya pada artikel selanjutnya.

Pendakian Perdana Menaklukan Gunung Prau

Berpetualang ke alam bebas telah menjadi trend untuk beberapa tahun kebelakang. Semuanya dimulai saat ada film layar lebar berjudul “5 cm” tayang di bioskop. 5 cm adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 12 Desember 2012. Film ini disutradarai Rizal Mantovani. Film ini dibintangi oleh Herjunot Ali dan Fedi Nuril. Film ini merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Film tersebut berkisah tentang 5 remaja yang telah menjalin persahabatan selama 10 tahun, dan berencana untuk mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi di pulau Jawa. Berikut sinopsis lengkap yang penulis sadur dari wikipedia

Cover film 5 cm
Cover film 5 cm

Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji) adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan sepuluh tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Zafran yang puitis, sedikit “gila”, apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria termacho di antara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan wanita. Ian, dia memiliki badan yang paling subur dibandingkan teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda (Pevita Pearce) yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.

Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa yaitu di puncak Mahameru pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini.

Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari depan kening.

Sejak film 5cm tayang, mulai banyak kalangan muda yang memiliki hobi dadakan yaitu mendaki gunung. Selain karena film 5cm, kecanggihan smartphones dalam mengambil gambar dan efek viral dari sosmed juga turut membantu berkembangnya trend ini. Saya membagi para pendaki menjadi 2 golongan, yaitu mereka yang memang memiliki hobby mendaki dari awal atau mereka yang ikut-ikutan trend. Btw, saya termasuk yang mendaki karena melihat banyak foto bagus dari sosmed dan kebetulan om saya yang mantan tim SAR memberikan saya sebuah jaket gunung. Saya termasuk orang yang males repot, saya lebih suka berdiam dirumah didalam rumah sambil internetan. Tapi sejak saya memiliki jaket gunung, timbul keinginan saya untuk merasakan ‘seru’ nya mendaki gunung. Sebagai pemula, saya mencari gunung yang memiliki tingkat kesulitan yang relatif rendah, waktu itu pilihan saya jatuh pada gunung prau.

Gunung Prau via: mangacew.com
Gunung Prau via: mangacew.com

Sebelum memutuskan untuk mendaki gunung, yang pertama saya lakukan adalah mencari partner. Berhubung saya orangnya kurang gaul, kecil kemungkinan saya dapet orang dekat sebagai partner. Teman-teman saya rata-rata memiliki hobi seputar game dan jejepangan. Jadi akhirnya, saya mencari lewat google dan kaskus. Mulai hari itu saya sering buka sub forum OANC di kaskus, dan juga sering googling dengan keyword :”traveling/backpacker ke gunung …. bulan …”. Saya sempet mengirim message kepada beberapa kaskuser di sub forum OANC, saya sudah memiliki beberapa pilihan, tinggal eksekusi saja. Oh iya, googling yang saya lakukan selama beberapa hari akhirnya membuahkan hasil, saya menemukan seorang traveler blogger di forum kompasiana. Saya lalu melakukan hal yang sama, saya message lalu saya minta nomor whats’app nya.

Ajakan mendaki dari forum Kompasiana
Ajakan mendaki dari forum Kompasiana

Berkenalan secara online memiliki cukup banyak resiko, karena tidak pernah kenal sebelumnya, kemungkinan apapun bisa saja terjadi. Apalagi saya ini pemula dan ingin mendaki gunung, kalau saya dapet temen yang rese, habislah saya disana. Pengalaman mengajarkan saya, kalau melacak track record itu penting sebelum menentukan langkah selanjutnya, biasanya cara ini saya gunakan ketika ingin membeli barang secara online. Caranya adalah dengan meneliti id nya, lihat postingan dimana aja, lihat thread yang pernah dibuat, liat foto profilnya, liat foto whats’appnya, liat sosmednya (biasanya facebook) dll. Untuk masalah thread, postingan dan segala sesuatu yang berbau forum tidak ada masalah, untuk foto mayoritas seperti para pencinta alam pada umumnya, rambut urakan, bertato, rokok, dan style ala bad boy lainnya.

Badboy via: playbuzz.com
Badboy via: playbuzz.com

Setelah menelusuri beberapa track record, pilihan saya jatuh pada orang yang saya jumpai di forum kompasiana yang ternyata dia adalah kaskuser juga. Alasannya simpel, kompasiana adalah blog jurnalis Kompas yang bertransformasi menjadi sebuah media warga (citizen media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Rata-rata para kontributor atau penulis di kompasiana memiliki kemampuan menulis yang baik, singkatnya menurut pendapat saya, para kompasianer merupakan orang berpendidikan, jadi kecil kemungkinan kalau mereka rese.

Setelah membuat janji, akhirnya saya fix ikut rombongan mereka, dia bilang rombongannya sudah ada 6 orang dan masih ada sisa 2 slot lagi. Karena tidak ada satupun yang saya kenal, saya memutuskan untuk mengajak teman kampus saya. Selain mengajak teman, saya juga mengumpulkan gear yang belum saya punya. Karena saya baru memiliki jaket, jadi saya masih butuh sepatu dan tas. Kira-kira itulah yang barang personal yang saya butuhkan.

Mencari gear untuk mendaki tidaklah semudah yang dibayangkan, mempelajari spesifikasi gear sebelum membeli adalah sebuah keharusan, bahkan setiap medan pendakian membutuhkan perlengkapan yang berbeda. Sebagai contoh, untuk gunung yang berpasir seperti semeru dan guntur, hampir wajib menggunakan gaiter. Gaiter adalah pelindung kaki dari pasir, lintah, ular, namun umum digunakan pada pendakian dengan medan berpasir. Namun karena gunung prau tidak berpasir, maka saya tidak memerlukan gaiter, yang saya perlukan adalah jaket, sepatu dan carrier. Jaket waterproof atau jaket tahan air menjadi favorit para pendaki. Jaket waterproof yang biasa dipakai untuk mendaki, berbeda dengan jas hujan. Bahan yang digunakan pada jas hujan membuat air dari luar tidak bisa masuk begitupun dengan suhu dari dalam yang tidak bisa keluar, ini menimbulkan efek panas/gerah saat dipakai. Jaket gunung waterproof memiliki lapisan membran khusus yang membuat air dari luar tidak dapat masuk tapi suhu tubuh bisa keluar, yang membuat jaket gunung relatif tidak panas saat dipakai. Kelemahan dari jaket gunung adalah lapisan membran yang digunakan bisa rusak, jika membran rusak, maka kemampuan waterproof jaket akan hilang. Jaket yang om saya berikan sebenarnya waterproof, namun karena membrannya sudah rusak ini tak ada bedanya dengan jaket biasa. Bagi pemula, biasa muncul pertanyaan seperti “kalo udah waterproof berarti tidak perlu jas hujan lagi?” tentu tidak, jas hujan tetaplah penting, awalnya saya juga berpikir demikian namun pengalaman mengajarkan sebaliknya. Anggaplah anda memakai jaket waterproof saat hujan, memang air tidak tembus, tapi jangan lupa jaket yang anda kenakan menjadi basah, dan itu sangat-sangat fatal mengingat hipotermia menjadi sebab kematian paling besar bagi para pendaki.

alex honnold via: thenorthface.com
alex honnold via: thenorthface.com

Hipotermia adalah kondisi dimana mekanisme tubuh mengalami drop dan kesulitan saat upaya pengaturan suhu tubuh dalam mengatasi tekanan suhu dingin disekitarnya. Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh inti manusia jatuh jauh dibawah suhu tubuh normalnya. Hal ini dapat dengan mudah menimpa orang yang bila terkena angin dingin atau dalam keadaan basah yang terlalu lama. Kondisi ini sering dijumpai khususnya oleh para pendaki gunung.

Gejala awal penderita, saat suhu tubuh mulai menurun drastis, ia akan menggigil sebagai bentuk upaya tubuh menghangatkan diri, setelah itu tiba dimana tubuh kehilangan banyak energi, hingga batas energi penderita habis lalu memasuki fase kritis, saat-saat dimana jika tak tertolong bisa berakhir kepada kematian.

Hipotermia via: newstoday.pk
Hipotermia via: newstoday.pk

Oh iya, lupa saya sampaikan bawah waterproof memiliki beberapa tingkatan, semakin tinggi semakin panas, penjelasannya cukup panjang, jadi saya akan langsung memberikan kesimpulannya, intinya dari pengalaman saya jaket waterproof tidak dapat menahan hujan badai dalam waktu lama, jika hujan badai berlangsung lama pasti akan tembus walaupun sedikit. Cuaca digunung yang relatif dingin, membuat hujan cukup sering terjadi, jika hanya hujan dari kabut atau hujan kecil, anda bisa tetap menggunakan jaket waterproof namun jika hujan sudah deras anda lebih baik memakai jas hujan. Jika anda menaiki motor, jas hujan model ponco sangatlah berbahaya untuk digunakan karena bisa menyebabkan kecelakaan, namun tidak dengan digunung, saya menyarankan jas hujan ponco karena bisa sekalian melindungi carrier yang dibawa.

ponco dapat berfungsi sebagai pelindung carrier dari hujan
ponco dapat berfungsi sebagai pelindung carrier dari hujan

Begitupun dengan sepatu, sepatu ada yang waterproof ada yang tidak, kurang lebih sama penjelasannya seperti jaket waterproof, oh iya membran waterproof bisa rusak jika kena detergen, jadi disarankan mencuci tanpa sabun. Sepatu untul kegiatan trail running atau lari jarak jauh dimedan pendakian biasanya tidak waterproof, tapi yang waterproof juga ada, saya kurang tau kenapa bisa demikian, mungkin karena ketika berlari kaki lebih berkeringan sehingga diutamakan menggunakan sepatu yang adem. Untuk sepatu saya membelinya di toko olahraga besar secara online, pilihan saya jatuh pada merek merrel. Alasannya simpel, untuk spek yang saya inginkan dan merek luar, merrel menawarkan harga yang relatif terjangkau, walaupun terjangkau harganya masih sekitar Rp.1.000.000,00- tapi masih lebih murah dibanding merek yang lain. Yang perlu diperhatikan dari membeli sepatu gunung adalah jangan membeli sepatu dengan ukuran PAS, karena medan pendakian naik turun, sepatu dengan ukuran pas beresiko melukai ujung jari-jari kaki. Belilah sepatu dengan 1 ukuran diatas, misal anda biasa memakai ukuran 43, belilah sepatu gunung dengan ukuran 44.

trail running, lari sambil jalan-jalan, kenapa enggak? via: flickr.com
trail running, lari sambil jalan-jalan, kenapa enggak? via: flickr.com

Carrier yang bagus adalah yang nyaman dipakai, jangan silau dengan merek dan harga, utamakan torso yang sesuai. Gampangnya, torso adalah panjang sebagian tulang belakang kita yang digunakan dalam menyangga carrier. Tinggi badan tidak mempengaruhi torso, sebagai contoh saya yang memiliki tinggi 175cm memakai torso S. Selain torso, yang perlu diperhatikan adalah peyangga beban, apakah peyangga beban memiliki bantalan yang cukup empuk? perjalanan mendaki yang relatif memakan waktu lama dan membawa beban berat akan terasa sangat menyakitkan jika peyangga beban carrier anda sakit ketika dipakai. Untuk carrier ini saya memilih merek lokal seharga Rp.900.000,00- yang saya beli second seharga 400rb.

 

Salah memilih carrier dapat mengakibatkan cedera punggung, via: www.modelhealthychoices.com
Salah memilih carrier dapat mengakibatkan cedera punggung, via: www.modelhealthychoices.com

Hari yang dijanjikan akhirnya tiba, kami bertemu di terminal bus damri. Sesampainya disana kami bertemu dengan 6 orang lainnya. Sebelum berangkat, tak lupa kami mengisi perut di rumah makan Padang disamping terminal. Dengan menggunakan bis malam, kami berangkat ke wonosobo pada jum’at malam dan sampai pada sabtu pagi. Perjalanan terasa cukup meneganggkan dikarenakan gaya mengemudi khas sopir bis malam yang cukup agresif dan ugal-ugalan, ditambah lagu khas pantura yang menjadi primadona bagi para sopir membuat saya kesulitan untuk tidur.

Bus berhenti sekali pada tengah malam untuk makan, saya yang belum terbiasa dengan ac dari bus jadi masuk angin, akhirnya saya membeli popmie panas untuk menghangatkan badan. Dengan memakai jaket, kupluk dan kaoskaki akhirnya saya berhasil tidur dalam kondisi ac yang dingin, ketika bangun waktu sudah memasuki subuh, akhirnya saya sholat di bus.

Kami sampai di Terminal Mendolo sekitar jam 11, kami sarapan dan menata ulang barang pada carrier sebelum akhirnya naik bus kecil untuk menuju basecamp prau. Prau memiliki 3 basecamp, yaitu petak banteng, kalilembu dan dieng wetan. Petak banteng memiliki jalur tersulit namun tercepat untuk sampai puncak, sementara dieng wetan adalah jalur termudah namun memiliki waktu yang relatif lama, sekitar 2 kali lebih lama dari jalur petak banteng. Dikarenakan kami masih pemula, maka team leader memilih jalur dieng. Bus kecil yang kami naiki bertarif 15-20rb per orang, seperti biasa kami berhadapan dengan calo, jadi harus pandai-pandai menawar. Perjalanan dari terminal mendolo ke basecamp dieng tidaklah memakan waktu kurang lebih 1.5 jam sampai akhirnya kami sampai persis didepan hometay bu Djono.

Bu Djono, tempat persinggahan wajib jika mendaki lewat Dieng
Bu Djono, tempat persinggahan wajib jika mendaki lewat Dieng

Dikarenakan rasa yang enak dan harga yang relatif murah, Bu Djono yang merupakan nama homestay sekaligus restoran menjadi favorit para pendaki yang melewati jalur dieng. Disana kami memesan nasi goreng ayam, sop ayam, dan tak lupa memesan teh jahe untuk menghangatkan tubuh. Setelah beres makan, kami mempacking ulang barang bawaan lalu mengurus retribusi untuk jalur pendakian sebesar Rp.4.000,00-.

Sekitar jam 15.30 barulah memulai mendaki, kami berjalan melewati pemukiman warga, sampai akhirnya masuk ke pinggiran perkebunan warga yang didominasi oleh kentang, dari yang saya dengar, dieng merupakan daerah penghasil kentang terbesar di indonesia. Selanjutnya kami jalan terus sampai masuk daerah hutan. Kurang lebih sekitar 1 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di pos 1 yang berupa gubuk kecil terbuat dari bambu dengan kondisi kurang terawat. Sesampainya disana, saya melepas carrier dan mengatur ulang strap karena terasa sakit saat dipakai. pundak yang terasa nyeri saya oles dengan counter pain, setelah itu kami siap berangkat menuju pos 2.

Merupakan daerah penghasil kentang
Merupakan daerah penghasil kentang

perjalanan menuju pos 2 melewati banyak pohon cemara disekitar, karena habis hujan jadi tanah terasa cukup licin. Setelah berjalan kurang lebih selama 1 jam, akhirnya kami sampai di pos 2 yang berupa tanah datar dan ada bangku untuk duduk. Sampai di pos 2 langit masih terlihat jelas, pertanda belum masuk malam hari. Setelah istirahat dan foto-foto sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3.

Lelah sehabis mendaki
Lelah sehabis mendaki

Dari pos 2 menuju pos 3 adalah perjalanan dengan medan paling berat, karena jalur yang menanjak tajam dan licin karena hutan ditambah lagi dengan kondisi yang gelap karena sudah memasuki malam. Gelapnya malam ditambah turunnya kabut membuat jarak pandang menjadi semakin sempit. Kondisi ini diperparah dengan saya yang lupa membawa headlamp, jadilah saya gelap2an mengandalkan cahaya dari headlamp teman yang tidak begitu terang. Dingin, dan capek menghiasi perjalanan saya dari pos 2 ke pos 3. perjalanan menuju pos 3 melewati bangunan seperti tower pemancar dengan kabel tegangan tinggi, sehingga kami harus ekstra hati-hati.

Kondisi sangat menyeramkan pada malam hari
Kondisi sangat menyeramkan pada malam hari

Sesampainya di pos 3 kami beristirahat cukup lama. Pos 3 berupa medan terbuka dengan terpaan angin malam khas pegunungan dan kondisi jaket yang basah karena hujan membuat suhu dingin serasa menusuk tulang. Dari pos 3 terlihat ada 1 tanjakan lagi sebelum akhirnya sampai ke bukit teletubies. Disebut demikian karena bentuknya yang mirip dengan bukit disekitar rumah Teletubies pada serial televisi teletubies.

Bukit teletubies merupakan bukit yang indah dengan hamparan bunga, namun karena sudah malam jadi tidak terlihat indahnya, akhirnya kami lanjut terus sampai sekitar jam 8 malam akhirnya kami sampai di camping ground gunung prau. Sesampainya disana, kami langsung menggelar tenda dan menyiapkan makan, ada 3 tenda untuk 8 orang, saya berdua dengan teman sekampus, team leader berdua dengan temannya, sisanya ber 4. Saya yang sudah menggigil ijin untuk langsung masuk tenda dan tidak ikut menyiapkan makan, untungnya mereka mengerti kalau saya kedinginan, terus terang saja saya sebenarnya tidak enak berbuat demikian. Saya dipanggil keluar setelah makanan telah siap, dan setelah makan sayapun kembali tidur. Malamnya saya menggigil dengan cukup parah, karena camping ground ditempat terbuka membuat terpaan angin tidak terhalau. Suhu dingin + angin kencang membuat saya kedinginan walaupun saya sudah menggunakan tenda yang cukup bagus. “Plaaak!” begitu bunyi tamparan pada pipi saya, “lis sadar lis, lu ga hipo kan?” begitu kurang lebih kata-kata yang keluar dari orang yang menampar saya.

makan malam sambil menahan dingin
makan malam sambil menahan dingin

Paginya saya bangun sekitar jam 5, karena di puncak gunung, matahari terlihat lebih awal. Saya menyempatkan untuk sholat subuh didalam tenda baru setelah itu hunting foto. Cara mencari spot foto termasuk mudah, cukup lihat tempat yang banyak orang, disitulah biasanya spot yang paling bagus.

Sunrise gunung Prau
Sunrise gunung Prau
Gunung Prau di pagi hari
Gunung Prau di pagi hari
Foto bersama full team
Foto bersama full team

Setelah puas memfoto sunrise, kami lalu berjalan didaerah sekitar sambil tetap foto-foto, lalu setelah itu kami sarapan, setelah sarapan kami beres-beres tenda sekalian packing untuk persiapan pulang. Setelah beres semua, saya kebagian dapat tugas untuk membawa sampah dalam plastik besar. Plastik tersebut diikatkan dicarrier, lalu saya jalan pulang menuju bukit teletubies. Sesampainya di bukit teletubies tidak lupa kami foto-foto, disini kami menikmati pemandangan cukup lama karena ketika berangkat sudah gelap, maka sekaranglah saatnya ‘balas dendam’ begitu yang kami pikir.

Foto full team di bukit teletubies
Foto full team di bukit teletubies
Menyelusuri bukit teletubies
Menyelusuri bukit teletubies

Perjalanan pulang menggunakan jalur yang berbeda, kali ini menggunakan jalur kalilembu yang belum pernah dilewati bahkan oleh team leadernya sendiri. Jalur tersebut menembus ke perkebunan warga, setelah itu masuk ke pemukiman warga yaitu desa Kalilembu. Karena jalur ini masih baru, disarankan untuk banyak bertanya, kami aja nyasar dan akhirnya sampai di basecamp petak Banteng.

Karena hujan, kami singgah dulu di toko oleh-oleh manisan carica. Carica adalah sejenis pepaya, tapi lebih kecil dan berwarna kuning. Saya sendiri membeli 1 box carica disana untuk oleh-oleh.

Carica, oleh-oleh khas Dieng
Carica, oleh-oleh khas Dieng

Selanjutnya kami mencarter bus kecil bersama pendaki lainnya sampai ke terminal mendolo, ongkosnya sekitar Rp.15.000,00- per orang. Sampai di terminal mendolo sekitar jam 14.45, lalu jam 15.30 kami naik bus menuju jakarta dan kami samapi di terminal Lebak Bulus sekitar dini hari.

Special thanks buat temen saya di http://www.backpangineer.com/ yang telah bersedia meng upload foto-foto kami.

Tanjakan Maut Gunung Cikuray

Berawal dari kegiatan harian saya mengecek recent updates di BBM, disitu saya liat update status temen yang mau mendaki gunung Cikuray. Gunung Cikuray terletak di Garut, Jawa Barat. Memiliki tinggi sepanjang 2.821mdpl (meter diatas permukaan laut) menjadikannya gunung tertingi ke empat di Jawa Barat. Gunung ini berada diantara perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Dayeuh Manggung. Perjalanan menuju ke Garut dari Jakarta sekitar 215km atau sekitar 4 jam jika menggunakan mobil.

Jarak jakarta garut
Jarak jakarta garut

Kabupaten Garut, adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat

Pemandangan malam kota Garut, photo by: cepdanie
Pemandangan malam kota Garut, photo by: cepdanie

Singkatnya, saya setuju untuk join, lalu sebelum berangkat kami sepakat bertemu di sevel margonda untuk membicarakan perihal keberangkatan.

Di sana saya berkenalan dengan teman-teman baru, rata-rata mereka satu perguruan silat, jadi sebenernya ini acara geng silat mereka. Saya sih boro-boro ikut silat, sama kecoa terbang aja takut. Pertemuan berlangsung singkat, hanya membicarakan barang yang harus dibawa dan transportasi menuju ke sana. Tidak lupa saya izin untuk mengajak seorang teman, biar ada yang nolongin kalo saya jadi sasaran latihan mereka.

Silat, photo by: Vichaya Chatikavanij
Silat, photo by: Vichaya Chatikavanij

Hari keberangkatan sudah disepakati, saya mengajak teman sekampus sekaligus teman kerja sebagai asisten Lab. Teman saya sebenarnya sudah menyetujui keberangkatan, cuman karena masalah uang, dia maunya naik motor, karena saya juga gabisa bayarin transport, jadilah kami naik motor ke garut.

Perjalanan menggunakan motor
Perjalanan menggunakan motor

Perjalanan kurang lebih sekitar 5-6 jam, kami berangkat melalu jalan raya Bogor, lurus terus hingga masuk puncak, lurus terus sampe turun puncak, lalu masuk melewati bandung baru akhirnya kami sampai di Garut. Perjalanan dengan motor sangat memakan tenaga, saya hanya sanggup membawa motor 1/3 dari jarak tempuh.

Melewati daerah puncak pada pagi dini hari merupakan pengalaman tersendiri bagi saya, Disana terlihat pemandangan yang ‘tidak biasanya’. Warung pinggir jalan yang biasa menjual jagung bakar, kopi, bandrek dll berubah menjadi tempat prostitusi terselubung, disana saya melihat beberapa perempuan paruh baya dengan pakaian minim dan bedak tebal. Benar memang isu yang saya dengar, kawasan puncak merupakan kawasan esek-esek. Teman saya sampai berceloteh “mau mampir ga lis?”, Tentu ajakannya saya tolak, bukan karena saya sok alim, namun wanita yang mangkal bukanlah tipe saya, pertanyaan selanjutnya ‘Bagaimana kalau yang mangkal adalah tipe saya?’ tentu jawabannya tetap tidak.

via: pixabay.com
via: pixabay.com

Sesampainya di Garut, kami berhenti di Masjid untuk sholat Subuh. Kondisi tubuh saya yang tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh, dalam kondisi yang cukup memprihantinkan, masuk angin dan sedikit demam. Disana saya hanya sempat tidur selama 1 jam, setelahnya saya langsung melanjutkan perjalanan menuju pos pendakian sekalian mencari sarapan.

Mesjid Agung Garut via sobatadventure.com
Mesjid Agung Garut via sobatadventure.com

Kami sampai di pos pendakian atau biasa disebut pos pemancar sekitar pukul 9, pos pendakian berada di lokasi yang sulit dijangkau. Jalan menanjak yang rusak dan berbatu, ditambah dengan tikungan yang cukup tajam membuat perjalanan cukup menegangkan dan membuat pantat terasa sakit. Jika ditempuh dengan berjalan kaki, dari bawah sampai pos pendakian bisa memakan waktu sekitar 2 jam. Biasanya para pendaki mencarter angkot, namun para pendaki harus hati-hati karena banyak angkot yang nakal, baru mengantar sampai setengah jalan lalu para supir beralasan kalau angkot tidak kuat menanjak, jadi akhirnya para pendaki yang sudah terlanjur membayar terpaksa harus berjalan kaki sampai pos pendakian. Sesampainya disana, kami memakan sarapan yang sudah kami beli sebelumnya, nasi yang dingin dan lauk seadanya terasa sangat nikmat bila dimakan dalam kondisi perut kosong.

Tower pemancar cikuray, photo by: Muhammad Abdul Aziz
Tower pemancar cikuray, photo by: Muhammad Abdul Aziz

Kurang lebih jam 09.30 kami memulai perjalanan, teman-teman kami yang seharusnya serombongan telah pergi duluan karena kami terlalu lama dijalan. di pos pendakian kami membayar ongkos retribusi sebelum bisa naik. Baru lewat beberapa puluh meter dari pos pendakian, kami menemukan pos lagi yang meminta sumbangan di pinggir jalan. Tidak lama setelah itu, kami menemukan pos pendakian serupa, jadi total kami harus membayar di 3 tempat, namun jika ada pos yang tanpa penjagaan maka kami menolak membayar, budaya pungli atau pungutan liar sepertinya sudah mendarah daging di bumi pertiwi ini, sepengalaman saya, traveling dimanapun di Indonesia, semua ada pungutan liar terutama di daerah pedalaman yang mungkin disebabkan karena SDM disana masih rendah, yang menyebabkan mereka tidak dapat penghidupan yang layak.

Perjalanan awal terasa sangat berat, kondisi badan yang begadang selama perjalanan ditambah medan pendakian yang cukup ekstreme, saya tidak menyarankan gunung Cikuray untuk pendaki pemula, “dengkul diangkat sampe pipi” begitu kira-kira perumpamaan yang pantas untuk menggambarkan sulitnya medan pendakian.

jalur pendakian cikuray via: rumahakiem.files.wordpress
jalur pendakian cikuray via: rumahakiem.files.wordpress

Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya tubuh saya mulai terbiasa dengan medan yang seperti itu, kami lanjut berjalan, ditengah jalan saya menemukan sejenis cacing dengan ukuran yang sangat besar, mungkin kalo kelaparan cacing tersebut bisa menjadi pengganti lauk pauk karena ukurannya yang cukup besar.

Hujan turun ditengah perjalanan, saya yang sudah tidak kuat memutuskan untuk tidur sejenak dipinggir jalan dengan menggunakan terpal sebagai pelindung hujan. Hujan yang terus turun membuat kami terpaksa harus lanjut. Karena musim pendakian, disepanjang jalan sudah terisi penuh dengan pendaki, saya yang sudah tidak kuat jalan, terpaksa meneruskan perjalanan sampai menemukan tempat untuk berkermah.

Sekitar 1 jam kemudian akhirnya saya bertemu pendaki yang sedang beres-beres untuk turun, karena tempat bekasnya kosong, kami memutuskan untuk mendirikan tenda disitu. Proses mendirikan tenda tidak semudah biasanya, hujan membuat tanah menjadi lembek ditambah posisi tanah yang miring dan juga ternyata kami lupa membawa gunting, jadilah kami mendirikan tenda dengan kondisi badan tidak fit, medan yang jelek dan perlengkapan yang kurang. Tali rapia dibutuhkan untuk mengikat flysheet pada tenda, flysheet berguna untuk menghalau air hujan, biasa digunakan pada tenda single-layer tapi sebaiknya digunakan pada setiap tenda. Karena tidak ada gunting, saya terpaksa memotong tali rapia menggunakan gigi, benar-benar pengalaman yang menyenangkan.

cikuray camp, photo by: Marcell Surya
cikuray camp, photo by: Marcell Surya

Setelah tenda berdiri tegak, kamipun beres-beres, tidak lupa sholat zuhur jamak dengan ashar didalam tenda. Setelah itu kami menyiapkan makan siang, namun masalah baru muncul. Kompor yang kami bawa tidak bisa menyalakan api, kami membutuhkan korek, sementara tidak ada satupun diantara kami yang merokok. Berarti fix kami makan makanan dingin, kami menggunakan kunci motor untuk membuka kaleng sarden karena tidak bawa pisau, kaleng terbuka namun kunci kami bengkok, kemungkinan motor kami tidak bisa dipakai untuk pulang. Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk tidur karena lelah.

Ditengah lelapnya tidur, kami dibangunkan oleh tenda sebelah yang ingin meminjam kompor, setelah selesai meminjam kompor, kami diberikan satu korek gas. Menu makan malam kami adalah indomie goreng yang berhasil kami masak dengan bantuan korek gas pemberian tenda sebelah. Setelah makan, kami lanjut tidur.

Malam sekitar jam 10 saya terbangun, saya melihat kondisi atap tenda yang semakin dekat ke bawah, lalu saya tanya teman saya, dia hanya menjawab “emang gitu lis tendanya” terus lanjut tidur lagi, oke lah saya juga tidur lagi. Jam 12 malam saya terbangun lagi dan kondisi makin parah, atap makin dekat dan posisi tenda semakin miring, akhirnya saya bangunkan teman saya untuk mengecek keluar, ternyata frame tenda patah. Tidak hanya itu, tanah yang miring dan basah karena hujan membuat posisi tenda kami makin miring ke arah jurang. Sebagian waktu malam akhirnya kami pergunakan untuk membenarkan sedikit kondisi tenda, lalu kami lanjut tidur sampai pagi.

Paginya hujan masih turun, kami menunggu hujan reda sekitar pukul 10.00, lalu kami jalan untuk summit walaupun sudah terlambat. Jarak dari camp sampai puncak kurang lebih sekitar 1-2jam perjalanan, disana kami bertemu rombongan kami yang terpisah, setelah menyapa, kami langsung melanjutkan perjalanan. Sampai puncak tidak ada pemandangan bagus yang bisa dilihat karena sudah siang dan tertutup kabut tebal. Disana kami hanya ngopi bareng pendaki lain dan sesekali foto-foto lalu turun kembali ke camp.

Sunrise Cikuray photo by: Iswanto Arif
Sunrise Cikuray photo by: Iswanto Arif

Sampai camp sekitar jam 2 siang, lalu kami makan lanjut beres-beres n packing siap pulang, ketika makan kami berpapasan dengan teman kami yang berangkat duluan, lalu akhirnya mereka pamit untuk pulang duluan. Sekitar jam 3 kami turun, saya yang pakai sepatu lebih cepat dibanding teman saya yang menggunakan sendal, teman saya akhirnya tertinggal jauh di belakang. Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang wanita sebut saja TR, kami mengobrol banyak sepanjang perjalanan, dia adalah salah satu mahasiswi sekaligus anggota Mapala di perguruan tinggi di kota garut. Sesampainya di bawah, saya menunggu teman saya datang sambil mengobrol santai. Singkatnya, dia kaget ketika mengetahui kami mengendarai motor dari Depok ke Garut. Lalu dia menawarkan kami untuk menginap di rumahnya untuk semalam, karena hari sudah mulai gelap. Namun teman saya tidak setuju dan akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan malam itu juga ke Depok, tapi sebelum berangkat, kami sempat bertukar nomor telfon.

Bertukar nomor telephone
Bertukar nomor telephone

Perjalanan pulang lebih berat dari pas berangkat, kalau pas berangkat kami masih dalam kondisi bugar, sedangkan ketika pulang kami dalam kondisi lelah. Sebelum menuju Depok, kami makan dulu di pinggir jalan untuk memulihkan stamina. Setelah makan, kami lanjut jalan ke Depok melalui jalur yang sama ketika berangkat. Di tengah jalan jalan, kami yang terlampau lelah memutuskan untuk tidur di emperan alfamart sebuah pom bensin di pinggir jalan. Dengan kondisi lutut kebawah ke jalan dan badan di atas trotoar toko, kami tidur dengan lelap sampai subuh. Sehabis subuh kami melanjutkan perjalanan menuju Depok. Sesampainya disana, kondisi badan saya panas dingin, jadi saya langsung tidur tanpa mencuci peralatan terlebih dulu, namun hebatnya, teman saya langsung berangkat kuliah karena tidak ingin ketinggalan kelas, kalau tidak salah waktu itu hari senin, benar-benar semangat belajar yang patut ditiru.

Kabut Hitam Gunung Guntur

Allah!!, begitulah teriakan salah seorang teman yang menahan pedihnya jalur pendakian, dengan dengkul dan tangan yang menempel di tanah pada jalur pendakian curam berpasir dengan kemiringan sekitar 75 derajat ditambah kabut hitam dan hujan. Bahkan saya sendiri yang sudah pernah mendaki puncak tertinggi di pulau Jawa merasa kesulitan dengan jalur pendakian gunung Guntur.

ilustrasi via: guyscrying
ilustrasi via: guyscrying

Kisah ini bermula ketika kami melakukan pendakian ke gunung Guntur yang terletak di Garut, Jawa Barat. Kami yang tergabung dalam 1 kelompok pencinta alam, rutin mendaki gunung setiap beberapa bulan, setelah pendakian terakhir kami ke gunung Semeru, sasaran kami selanjutnya adalah gunung Guntur. Gunung Guntur adalah gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.249 meter di atas permukaan laut (mdpl), terletak di wilayah barat Garut, Jawa Barat. Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif pada tahun 1800-an. Namun sekarang aktivitasnya sudah menurun.

Deretan gunung berapi di Indonesia
Deretan gunung berapi di Indonesia

Keberangkatan

Perjalanan akan kami tempuh menggunakan bis dari terminal kampung rambutan, kami berangkat sekitar pukul 23.00 WIB. Waktu perjalanan sekitar 4 jam yang berarti kami akan sampai sebelum subuh.
Kami janjian bertemu di mesjid terminal, di sana saya berkenalan dengan anggota baru, sebut saja A. Mr A ini ternyata adik kelas saya di kampus, dia ikut kelompok kami diajak oleh temannya yang ikut mendaki gunung Semeru bersama kami.

Terminal kampung rambutan
Terminal kampung rambutan

Pendakian kami ini sedikit berbeda dengan pendakian kami sebelumnya, biasanya teman saya yang berperan sebagai leader sekaligus pemandu biasanya sudah pernah naik sebelumnya. Namun kali ini, tidak ada satupun dari kami yang pernah mendaki gunung Guntur.

gunung guntur via gubukcerito.blogspot.com
gunung guntur via: gubukcerito.blogspot.com

Masih ingat kisah saya bertemu dengan TR di gunung Cikuray? Saya meminta bantuan dia untuk memandu kelompok kami. Untungnya TR bersedia untuk mengantar kami sampai atas, janji pun dibuat, kami sepakat bertemu di alun-alun kota garut.

Perjalanan dengan bis malam berjalan seperti biasa, lantunan lagu pantura khas bis malam terdengar sepanjang malam. Sebelum tertidur, saya ingat bahwa kondisi bis masih cukup lenggang, bangku belum terisi seluruhnya, namun menjelang malam hari tiba-tiba saya terbangun dan melihat pemandangan yang cukup membuat saya mengernyitkan dahi, banyak penumpang yang entah naik darimana memenuhi ruang bis, bahkan sampai duduk disepanjang lorong bis. Ternyata di tengah jalan, banyak penumpang gelap, yaitu penumpang yang naik tanpa membeli tiket dari P.O bis tapi membayar langsung ke sopir. Praktek ini jelas merugikan penumpang resmi, karena lorong jadi semakin sempit. Namun akhirnya saya kembali tertidur dan bangun ketika sudah waktunya makan.

Makan malam yang biasanya dilakukan di restoran atau rumah makan yang memiliki kerjasama bisnis dengan P.O bis. Namun kali ini makan malam dilaksanakan di pool bis tersebut, “bener-bener ga mau rugi ini perusahaan, udah bayar tiket, makan juga dipaksa beli ke dia lagi” itulah yang ada dipikiran saya waktu itu. Dalam perjalanan, saya ditugasi menghubungi TR ketika sudah sampai. Kurang lebih sekitar pukul 03.00 WIB kami sampai di alun-alun garut, sampai sana saya langsung menghubungi TR untuk menjemput kami dan kami beristirahat di masjid agung Garut.

Mesjid Agung Garut via sobatadventure.com
Mesjid Agung Garut via sobatadventure.com

Sambil menunggu waktu sholat subuh, kami berbincang dengan TR dan temannya mengenai perjalanan kami ke gunung Guntur, ternyata TR dan temannya juga berencana akan naik di hari yang sama dengan kami, “syukurlah berarti kami tidak begitu ngerepotin karena sekalian jalan”, begitu pikir saya.

Perjalanan kami mulai sekitar pukul 07.00 WIB, setelah sarapan, kami mencarter angkot sampai pos jalur Citiis. Sesampainya di pos kami mengurus administrasi, lalu setelahnya kami langsung jalan-jalan. Ternyata untuk sampai ke jalur pendakian, kami harus melewati jalan berliku menanjak yang cukup tajam. Untungnya kami dapat tumpangan dari truck pengangkut pasir, ya daerah gunung Guntung merupakan daerah penambang pasir, itulah yang membedakannya dari daerah pegunungan lain yang biasanya didominasi oleh tanaman hijau.

Pos pendafataran via: bapet.files.wordpress.com
Pos pendafataran via: bapet.files.wordpress.com

Perjalanan menggunakan truck memakan waktu kurang lebih 45 menit. Tidak disangka, didalam truck pasir saya bertemu dengan teman SMA saya yang sudah sekitar 4 tahun tidak bertemu, kamipun melepas kangen sambil bertukar cerita sebelum akhirnya berpisah kembali. Galian pasir menghiasi pemandangan kami disepanjang jalan, tidak terbayang sulitnya perjalanan jika tidak menumpang truck pasir. Kami turun dari truck setelah melewati kawasan pertambangan paling akhir, lalu lanjut memasuki jalur pendakian.

Truck pengangkut pasir via: cmeythasari.wordpress.com
Truck pengangkut pasir via: cmeythasari.wordpress.com

Mulai mendaki

Pada awalnya perjalanan terasa lancar, medan yang kami lewati masih dalam kategori standar, di pinggir jalan terlihat beberapa warung yang menyediakan makanan bagi para pendaki yang lapar. Perjalanan kami lanjutkan terus, suhu yang panas berdebu dan pohon yang jarang membuat mendaki gunung Guntur terasa seperti mendaki di gurun pasir. Di tengah perjalanan, kami berhenti sejenak untuk beristirahat karena capek. Posisi kami tidaklah rata, ada beberapa anggota yang berjarak rapat, ada juga yang cukup jauh dibelakang namun masih dalam pandangan mata karena jalurnya yang lurus menanjak.

Rutinitas jalan dan istirahat ini terjadi beberapa kali sampai akhirnya saya tidak melihat teman-teman saya lagi, waktu itu saya terpisah dengan 2 orang teman. Kami berdiskusi dan akhirnya yakin kalau teman-teman yang lain sudah jalan duluan, lalu kami memutuskan untuk lanjut jalan ke atas.

Gunung guntur
Gunung guntur

Persediaan air yang kami bawa semakin menipis dan kami belum bertemu rombongan, diantara kami tidak ada yang membawa tenda. Kami yang tetap yakin kalau teman-teman berada di atas memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, sampai akhirnya terdengar suara sayup-sayup dari belakang :”lis lis lis, wooy lis” ternyata salah satu teman yang memiliki stamina paling baik datang menyusul seraya bilang “lu ngapain jalan terus, anak-anak pada istirahat di sumber air”. Entah bagaimana ceritanya kami bisa yakin kalau yang lain sudah jauh di depan, ternyata kami bertiga yang sebenarnya meninggalkan rombongan, akhirnya kami bertiga putar arah menuju sumber air atau pos 2. Ini merupakan tempat pengisian air terakhir, saya langsung bergegas untuk cuci muka disumber air, satu-satunya tempat sejuk di gunung Guntur yang tandus, Saya bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir. Disini kami istirahat sholat dan makan, setelah itu kami tidur siang sejenak. Kurang lebih sehabis ashar jam 16.00 WIB kami melanjutkan perjalanan, di pos inilah kami berpisah dengan TR yang sudah bersedia mengantar, dia berpisah dan berjalan dengan teman-temannya. Suhu sudah mulai terasa sedikit dingin, jauh berbeda dengan suhu panas tadi siang.

sumber air gunung guntur via blogspot
sumber air gunung guntur via blogspot

Sepanjang mata memandang yang ada hanyalah dataran tandus, di tengah perjalanan kami mendengar sayup-sayup suara memanggil dari belakang, ternyata itu adalah teman kami yang menyusul, perjalanan terasa lebih ringan sejak teman kami datang, teman kami itu memang biasa membawa barang kelompok, kebetulan juga salah satu teman mengalami sakit, jadi barang bawaannya bisa dibawakan yang lain.

Jalur pendakian gunung guntur
Jalur pendakian gunung guntur

Neraka dimulai

Neraka dimulai, begitulah kira-kira kalimat yang pas untuk menggambarkan apa yang terjadi setelah ini, karena hari mulai gelap, 2 teman kami yang memiliki stamina lebih langsung bergegas ke puncak untuk memasang tenda, sementara sisanya jalan seperti biasa, waktu itu teman saya yang baru datang sebut saja si man. Man ini diibaratkan sebagai porter, jalannya lemot tapi staminanya badak. Si man ini bawa tas ransel, beratnya lumayan, minusnya karena strap nya tidak bisa di setel. Jadi saya yang pada awalnya membawa 2 tas, 1 carrier besar di belakang dan 1 tas kecil di depan, menjadi membawa 3 tas, 1 carier dan 1 tas kecil di belakang, tas ransel di depan. Pada awalnya perjalanan terasa lancar, sampai akhirnya medan menanjak dgn kemiringan 75 derajat mulai saya rasakan. Beban yang saya bawa tidak seimbang, ransel di depan menggelayut karena tidak ada strap. Siang mulai berganti dengan malam, hujan rintik rintik mulai turun, kabut hitam juga mulai datang. Jujur, saya sendiri merasa takut dengan kondisi demikian, saya pada kondisi jika keseimbangan saya goyang, saya jatuh kebelakang dan terguling, maka saya mungkin tidak akan kembali. Jarak pandang ke depan dan belakang cuma sekitar 2 meter. Paling belakang berisi para perempuan ditambah 1 orang perempuan yang sakit dan dikawal oleh pria-pria macho termasuk leader dan porter kami, oh iya di belakang juga ada anggota baru si Mr A. Saya yang sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan beresiko dengan beban yang tak seimbang akhirnya duduk menunggu man datang. Kondisi teman saya sudah mulai membaik, akhirnya tasnya dia bawa sendiri, lalu tas man saya kembalikan, jadi akhirnya beban saya kembali seimbang.

gunung guntur
Ilustrasi kabut hitam gunung guntur

Udara terasa makin dingin dan kabut yang semakin tebal membuat saya tidak sabar untuk sampai puncak, kondisi fisik yang semakin menurun tidak membuat saya menyerah, saya lanjut jalan terus ke depan. Jarak pandang yang buruk ditambah headlamp murahan yang saya pakai, membuat perjalanan semakin sulit. Sudah tidak terhitung berapa kali dengkul saya menyentuh tanah, saya sampai pada titik dimana saya mulai mengingat ibu saya di rumah dan segala kenyamanan rumah. Dari belakang terdengar rintihan suara “lis, puncaknya udah keliatan belom?” ‘Belooom’, “Allah!!” tedengar teriakan duka teman saya yang berada pada kondisi sangat memprihatinkan. Puncak tidak kunjung terlihat, cahaya pun tidak ada, ketika saya menoleh kebelakang yang saya dapati hanyalah kabut tebal tanpa terlihat tanda-tanda teman saya. Saya benar-benar ketakutan, saya tidak tau kapan akan sampai puncak, maju dengan kondisi lelah secara fisik dan mental bukanlah pilihan bagus, akan tetapi kembali juga tidak mungkin, saya sudah tidak menemukan teman saya. Air mata sudah mulai berkumpul di kelopak mata, hanya tinggal menunggu timing yang tepat untuk turun membasahi pipi.

menahan tangis
menahan tangis

Untungnya sayup-sayup terdengar suara dari atas memanggil-manggil kami, “lis lis lis lis” begitu kurang lebih. Samar-samar terlihat cahaya headlamp jauh di atas sana. Ternyata itu adalah teman saya yang memanggil dari puncak, dia orang yang tadi bertugas mendirikan tenda. Dengan menggunakan sisa-sisa tenaga terakhir, saya bergegas menuju ke puncak, perjalanan terakhir tidaklah semulus yang dibayangkan, saya terjatuh sampai terpentok batu karena berlari. Suara panggilan dan cahaya headlamp dari puncak membuat semangat saya bangkit kembali, secercah harapan bisa merubah segalanya. Saya seperti berada dalam terowongan gelap tak berujung, lalu tiba-tiba melihat cahaya muncul dari ujungnya.

Cahaya di dalam goa
Cahaya di dalam goa

Sampai di puncak

Sesampainya di puncak yang pertama saya lakukan adalah bernafas lega dan meminum minuman panas, setelah itu saya langsung bersembunyi di dalam tenda dan menunggu makanan siap. Saya yang tidak kuat udara dingin memilih kerja pada pagi hari, ga masalah saya pagi nyiapin makan, asal jangan pas malem yang dingin. Pemandangan terlihat indah, dari puncak terlihat bintang bertaburan di langit. Sayangnya pemandangan tersebut tidak berlangsung lama karena kabut hitam kembali turun dan menghalangi jarak pandang kami.

Paginya kabut masih tebal sehingga kami tidak dapat momen sunrise yang biasa menjadi incaran pada pendaki. Melihat matahari terbit dengan jelas merupakan salah satu tujuan dari mendaki gunung. Gunung guntur memiliki 3 puncak, puncak 1 adalah lokasi kami sekarang, tempat yang biasa digunakan untuk berkemah karena tempat yang datar dan pemandangan cukup bagus. Walau tidak dapat sunrise, kami tetap semangat untuk mendaki puncak 2. Perjalanan kurang lebih 20-30 menit dari camp kami, tidak lupa kami mengunci tenda sebelum berangkat, karena dari gosip yang kami dengar, kadang terjadi pencurian disini, bahkan bisa sampai diangkat, bayangkan saya jika kami kembali tapi tenda kami lenyap beserta isinya.

Sun rise gunung guntur via: theindonesiadventurer.files.wordpress.com
Sun rise gunung guntur via: theindonesiadventurer.files.wordpress.com

Sesampainya di puncak 2, kami melakukan foto-foto dan mengobrol santai, tadinya kami mau sekalian ke puncak 3, namun karena waktu yang mepet, niat itu kami urungkan. Setelahnya, kami turun dan packing untuk pulang. Setelah itu kami turun dan bertemu kembali dengan rombongan TR, tidak lupa kami mengucap salam karena telah memandu kami. Selanjutnya kami pulang menuju terminal kp rambutan dengan menggunakan bis malam.

Ilustrasi via: iqbalnugraha.deviantart
Ilustrasi via: iqbalnugraha.deviantart

Sebenarnya pada perjalanan ke gunung Guntur ada kejadian cukup berkesan yang saya alami bersama teman wanita satu kelompok, namun kejadian itu tidak dapat saya ceritakan disini karena dapat berefek timbulnya rasa iri di hati pembaca. Sekian.

Kecelakaan Terburuk, Masuk Kolong Angkot!

Lahir dan hidup di wilayah perkotaan yang ramai penduduk membuat angkutan kota atau lebih dikenal dengan nama angkot menjamur. Angkot adalah sejenis kendaraan transportasi dalam kota yang jamak digunakan di kota tempat saya tinggal.
Angkot, transportasi yang umum digunakan di kota besar
Angkot, transportasi yang umum digunakan di kota besar

Dengan tarif sekitar Rp.3.000,00- untuk sekali naik, angkot akan mengantar anda sampai ke tujuan selama masih dalam lingkup trayeknya. Tarif angkot dipengaruhi oleh harga BBM, waktu saya masih SD tarif angkot hanya berkisar Rp.500,00-.

Angkot adalah solusi sekaligus masalah bagi kota besar. Solusinya adalah, angkot bisa menjadi sarana transportasi alternatif bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Namun masalah yang ditimbulkan karena kehadiran angkot jauh lebih besar dari solusi yang dihasilkan.

Masalahnya tidak terletak pada angkot sebagai kendaraan, tapi kepada sopir selaku pengemudi. Sudah menjadi rahasia umum kalau tabiat para sopir angkot sudah termasuk tabiat zaman jahiliyah. Entah apa yang ada pada benak mereka sampai mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penumpang. Mereka bisa dengan seenaknya berhenti dipinggir jalan untuk menunggu penumpang atau biasa disebut ngetem. Perbuatan mereka bisa mengakibatkan kemacetan sepanjang jalan, jika panjang jalannya adalah 10km, maka kemacetan bisa sepanjang 10km. Tidak hanya itu, gaya membawa yang ugal-ugalan juga kerap mendatangkan bencana bagi para pengguna jalan lainnya. Sebagai contoh, ketika mereka membawa angkot dengan kecepatan tinggi lalu melihat ada penumpang dipinggir jalan, mereka akan langsung menukik seenaknya tanpa memberikan sen terlebih dahulu. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh pengemudi ugal-ugalan sudah berhasil mengungguli jumlah kematian yang disebabkan oleh gigitan hiu yang hanya sebanyak 6 orang per tahun 2015.

ilustrasi serangan hiu, foto oleh Shutterstock
ilustrasi serangan hiu, foto oleh Shutterstock

Pengalaman pahit dengan angkot dirasakan cukup banyak orang, apalagi yang berlalu-lalang pada waktu high traffic seperti waktu pulang kerja. Saya sendiri pernah merasakan ganasnya angkot ketika bersekolah disalah satu SMA kurang favorit di kota saya dulu.

ilustrasi sekolah kurang favorit, photo by: masq.org
ilustrasi sekolah kurang favorit, photo by: masq.org

Mungkin anda akan heran kenapa saya bilang sebagai ‘kurang’ favorit? ya karena memang seperti itulah kenyataannya, lokasinya yang cukup masuk ke dalam dan jalanan yang rusak membuat sekolah ini menjadi salah satu pilihan terakhir bagi para orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Tidak hanya jalan yang rusak, akses kesekolah inipun cukup sulit, terbukti dengan tidak adanya angkot yang lewat kecuali angkot yang ngetem saat waktu pulang sekolah.

ilustrasi jalan yang rusak, photo by: news.com
ilustrasi jalan yang rusak, photo by: news.com

Selain kondisi jalan yang memprihatinkan, salah satu akses menuju sekolah saya juga melewati kandang ayam, ya bukan sekedar kandang ayam tentunya, dari bau yang ditimbulkan saya menduga kalau ada ratusan sampai ribuan ayam didalam kandang tersebut.

ilustrasi kandang ayam, photo by: nasser nuri
ilustrasi kandang ayam, photo by: nasser nuri

Dulunya sekolah saya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, untungnya karena penduduknya semakin ramai, sekarang tempat pembuangan sampah tersebut sudah dipindah. Coba bayangkan bagaimana bau yang saya dan teman-teman rasakan jika ada kombinasi antara ayam dan sampah?

ilustrasi tempat pembuangan sampah, photo by: bkmag.com
ilustrasi tempat pembuangan sampah, photo by: bkmag.com

Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dari sekolah terlepas dari buruknya infrastruktur disekitarnya, salah satunya adalah pengalaman berkesan yang saya dapatkan dengan sahabat saya yang keturunan arab.

gambar hanya pemanis, aslinya jauh dari ini
gambar hanya pemanis, aslinya jauh dari ini

Sahabat saya ini adalah hasil cross breed antara jawa malang dan arab, jadi jangan tanya tentang kemampuannya berbahasa arab, untuk urusan ngaji juga mungkin masih lebih faseh saya. Walaupun tidak bisa berbahasa arab, sahabat saya ini punya kebanggaan tersendiri dengan garis keturununannya, bukan karena Nabi berasal dari arab bukan juga karena hidungnya sedikit mancung, melainkan karena ukuran barangnya yang diatas rata-rata orang indonesia. Percakapan nyeleneh juga sering terjadi diantara kami, salah satu adalah “eh lis, gw abis ngukur kemaren, ternyata punya gw 17cm, lu berapa?” dengan nada sedikit mengejek.

Curious frog
menurutnya, kebanggan pria terletak pada ukuran ‘barang’nya

Kami memiliki interest yang serupa, tentunya bukan dalam hal ‘mengukur barang’ melainkan karena kami sama-sama pencinta manga dan anime dari Jepang. Koneksi internet dulu tidaklah secepat sekarang, untuk mendapatkan anime kami harus rela merogoh kocek lebih untuk beli dvd bajakan, tentu jauh berbeda dengan sekarang yang segalanya serba download. Toko dvd bajakan langganan kami berlokasi dibelakang salah satu kampus terfavorit se Indonesia. Setiap beberapa minggu sekali, kami rutin membeli dvd disana dengan harga sekitar Rp.7.000,00-/pcs, untuk pembelian dalam jumlah besar kami mendapat potongan harga, biasanya kami bisa membeli sampai 10pcs sekaligus, kegiatan ini berlangsung cukup lama.

idola sebelum ada internet cepat
idola sebelum ada internet cepat

Selain suka jejepangan, akhir-akhir ini sahabat saya tertarik dengan sulap. Menonton tutorial sulap sampai mempraktekannya lama-lama menjadi keseharian baginya. Entah apa yang membuat sahabat saya ini tertarik dengan sulap, mungkin karena dia ingin menarik hati wanita yang . Sepertinya dia mulai menyadari bahwa ukuran barang saja tidaklah cukup untuk memikat hati seorang wanita.

pesulap, ilustrasi by:chess.com
pesulap, ilustrasi by:chess.com

Menjadi pesulap handal membutuhkan waktu yang relatif lama, untuk melatih sebuah trik saja sahabat saya sampai membuat matanya bengkak, usut punya usut ternyata dia mempraktekan sebuah teknik mengeluarkan benang dari kelopak mata, entah apa yang ada dipikirannya.

hasil latihan sulap
hasil latihan sulap

Suatu ketika, saya diminta untuk mengantarnya berbelanja peralatan sulap. Rencana hari itu adalah, ke toko sulap untuk beli peralatan, lalu selanjutnya ke toko dvd bajakan langganan. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan motor blade milik saya.

honda blade 110cc
honda blade 110cc

Perjalanan menuju toko sulap awalnya berjalan lancar, dipinggir jalan masih terlihat penjual hewan qurban walaupun idul adha sudah lewat beberapa minggu. Waktu masih sma, saya punya kebiasaan ngebut dijalan, sebenarnya sih ga niat kebut-kebutan, cuman gaya mengemudi saya memang sembarangan, ada polisi tidurpun saya tetap tancap gas.

Mengobrol sambil jalan juga sudah menjadi kebiasaan saya, ketika ditengah jalan melihat masih ada penjual hewan qurban, saya langsung nyeletuk ‘masih jaman aja jualan qurban, kan idul adha udah lewat’, kira-kira itulah kalimat terakhir yang saya ingat, karena selanjutnya yang saya ingat adalah saya sedang digotong oleh bapak-bapak karena terjepit dikolong angkot. Baru lepas dari himpitan maut kolong angkot, saya langsung dimintai ganti rugi oleh sopir angkot tersebut. Terus terang saja, waktu itu saya masih blank tentang apa yang terjadi, sahabat saya terlihat ‘bengong’ dan tatapan matanya kosong.

kambing qurban
kambing qurban
Ternyata, waktu ketika saya ngobrol sambil menengok kebelakang, didepan ada angkot ngetem ditikungan dengan posisi keluar jalan. Kata sahabat saya, ketika kejepit dikolong saya berteriak-teriak minta tolong, sementara dia hanya bengong saja. Mujur memang nasib si arab ini, refleknya sebesar barang nya, sesaat sebelum saya menabrak angkot, dia sudah berhasil lompat terlebih dulu.
“POKOKNYA SAYA GA MAU TAU, BAPAK HARUS GANTI!” begitu perkataan sopir angkot itu kepada saya.
ilustrasi sopir angkot yang marah, photo by: photo4design.com
ilustrasi sopir angkot yang marah, photo by: photo4design.com

walhasil, uang yang tadinya akan saya pergunakan untuk membeli dvd habis untuk mengganti kerugian angkot yang saya tabrak. Ada yang tau, kira-kira pergi kemana saya setelah kecelakaan? kerumah sakit? atau pulang kerumah? jawabannya salah semua, saya tetap melanjutkan perjalanan dengan kondisi luka, dan akhirnya saya tetap beli dvd anime menggunakan uang sahabat saya.

pesan moral: jangan ngomong sembarangan dijalan.

Ngakunya Sih Kerja Kelompok, tapi Ternyata?

Sebelum saya menceritakan kisah sedih nan memilukan ini, ada baiknya kalau saya menjelaskan beberapa hal terkait terlebih dahulu agar tidak muncul pertanyaan dalam benak pembaca.

Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer pada awalnya dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Begitulah pengertian komputer menurut Wikipedia yang saya dapatkan ketika sedang berselancar di internet. Bagi saya sendiri, komputer adalah alat serba bisa yang dapat membantu bahkan sampai menggantikan pekerjaan manusia. Misalnya saja, kalau dulu untuk melakukan pencatatan transaksi jual beli membutuhkan tenaga manusia, sekarang bisa secara otomatis melalu mesin kasir. Meskipun pada awalnya komputer banyak digunakan untuk tujuan perang seperti yang dilakukan Jerman Pada perang dunia II. Namun sekarang, komputer telah umum digunakan untuk semua bidang termasuk bidang kedokteran.

manchester-mark-1
komputer generasi pertama

Sejak dimulainya era komputer pada tahun 1940an, perlahan namun pasti, lifestyle atau gaya hidup masyarakat mulai berubah. Jika dulu menghitung menggunakan sempoa atau coretan di kertas, sekarang sudah menggunakan kalkulator. Pekerjaan dikantor yang tadinya berkutat dengan tumpukan dokumen, sekarang hanya butuh sebuah komputer. kalau dulu komputer hanya sebagai alat hitung, sekarang sudah merambah ke ranah entertaintment. Sekarang, komputer sudah umum digunakan untuk mendengarkan musik, menonton film dan bahkan bermain game. Game yang dimainkan pada mulanya hanya 2D, namun sekarang sudah bisa sampai 4D.

 

pacman
pacman, game yang pernah jaya pada masanya

Tidak hanya itu, sekarang hampir semua rumah diwilayah perkotaan memiliki setidaknya 1 komputer atau laptop. Laptop , adalah komputer dengan ukuran kecil yang cocok untuk dibawa-bawa. tentunya ini sangat bertolak belakang dengan kondisi dimasa lampau ketika komputer berukuran sangat besar dan penggunaannya terbatas hanya pada kalangan tertentu(biasanya kalangan militer).

Laptop, komputer jinjing yang hampir dimiliki semua kalangan akademisi
Laptop, komputer jinjing yang hampir dimiliki semua kalangan akademisi

Perkembangan komputer kian pesat sejak ditemukannya internet. Internet (kependekan dari interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global. Gampangnya, internet dapat membuat komputer saling terhubung satu sama lain.

skema internet
skema internet
Dengan bantuan internet, pekerjaan yang tadinya harus dikerjakan di kantor, sekarang dapat dengan mudah dikerjakan dari rumah. Karena internet pula, Informasi yang dulu hanya bisa didapatkan disurat kabar atau perpustakaan, sekarang dapat dengan mudah didapatkan hanya dengan sekali klik.
perpustakaan, tempat favorit untuk mencari informasi sebelum era internet
perpustakaan, tempat favorit untuk mencari informasi sebelum era internet

Berbagai kemudahan dirasakan sejak hadirnya internet, salah satunya adalah kemudahan dalam bermain   game. Kalau dulu untuk bermain game bersama teman, saya harus ketemu secara fisik, sekarang hanya dengan mengandalkan komputer yang terkoneksi dengan internet, saya bahkan pernah bermain dengan mereka yang beda negara. Game yang dimainkan lewat perantara internet disebut juga dengan Game Online.

RF online, salah satu game online paling populer pada masanya
RF online, salah satu game online paling populer pada masanya

Pertama kali berkenalan dengan game online adalah ketika saya bersekolah di salah satu smp favorit di kota Depok sekitar tahun 2005. Pada masa itu, Internet masihlah barang mahal, sangat jarang ditemukan orang yang memiliki koneksi internet pribadi. Waktu itu saya dan teman-teman mengakses internet melalui warnet. Warnet adalah kependekan dari warung internet, gampangnya warnet menyewakan komputer yang terkoneksi dengan internet, tarifnya sekitar Rp.3.000,00 Per jam. Internet akrab dikalangan anak muda tapi tidak dengan orang dewasa. Bagi orang dewasa, internet masihlah hal yang baru, saya sampai ingat kali pertama saya mengenalkan internet kepada ortu saya.

warnet, satu-satunya tempat untuk mengakses internet kala itu
warnet, satu-satunya tempat untuk mengakses internet kala itu

Untuk orang yang kurang gaul seperti saya, warnet merupakan tempat nongkrong yang asyik. Apalagi sejak pertama kali dikenalkan oleh seorang sahabat saya semasa smp. Tak ayal, warnet menjadi tempat peraduan saya dikala susah maupun senang.

Uang jajan yang hanya Rp.7.000,00 sehari pun habis untuk memenuhi keinginan saya bermain game online. Saking seringnya bermain game, saya bahkan memiliki kartu member di warnet langganan saya. Hari-hari dimasa smp saya habiskan dengan bermain game. Setiap pulang sekolah, saya langsung kewarnet untuk bermain game. Bermain game sudah seperti candu buat saya, sepulang dari warnet, otak saya tetap memikirkan game yang saya mainkan, seakan-akan hanya tubuh fisik saya yang sampe rumah sementara jiwa saya tetap ada diwarnet. Karena kerajinan main warnet, kantung mata saya sampai hitam. Tidak hanya itu, perubahan paling parah yang terjadi pada diri saya adalah perangai saya yang menjadi buruk dan nilai akademik yang terus terjun bebas, saya pernah dapat ranking 38 dari 40 anak dikelas, padahal saya bukan termasuk anak yang bandel, saya hanya malas belajar, konsentrasi saya hilang karena kecanduan game online. Saya bahkan pernah bercita-cita ingin jadi OP warnet, di warnet sendiri tentunya, agar bisa bermain game setiap hari.
Mencari tugas di warnet sudah merupakan kebiasaan dikala itu, yang membedakan saya dan orang lain adalah kalau saya, ada atau tidak ada tugas tetap ke warnet.
home-office-336581_1280
mengerjakan tugas sekarang tidak lagi didepan buku, melainkan didepan komputer

Ortu saya yang melihat perubahan cukup drastis pada diri saya, akhirnya berupaya melakukan tindakan pencegahan, salah satunya adalah dengan melarang saya kewarnet dengan alasan saya harus mempersiapkan diri untuk ujian nasional. Akan tetapi karena efek kecanduan, walaupun dilarang, saya tetap nekat ke warnet. Tentu dengan segudang alasan, salah satunya adalah kerja kelompok.

Ketika aturan larangan kewarnet diberlakukan, saya mulai sering berbohong pada ortu. Kerja kelompok, tugas, main dengan teman, itulah segelintir alasan yang pernah saya keluarkan demi main game online. Sebenarnya tidak hanya itu kenakalan masa smp saya, ketika saya lagi bosen disekolah, saya sering ke UKS (unit kesehatan sekolah) untuk berpura-pura sakit. Cukup pasang tampang pucat sambil nunduk, surat izin pulang dengan mudahnya bisa saya dapatkan.
UKS sekolah
UKS sekolah

sesampainya di UKS, biasanya saya akan ditanya oleh perawat “kamu udah makan belum?”, lalu akan saya jawab dengan suara lirih ‘udaahh..’, setelahnya saya akan dikasih obat, setelah minum obat saya akan disuruh istirahat di ruang uks.

perawat diruang UKS
perawat diruang UKS

Setelah tidur selama kurang lebih 10menit, saya kembali menemui perawat dan bilang ‘saya udah ga kuat bu’ tidak lupa memasang muka pucat. Biasanya, setelah itu perawat akan memberikan saya surat izin pulang / surat sakit. lalu saya keluar dari ruang UKS dengan wajah riang gembira.

wajah gembira yang saya tunjukan setelah mendapat surat 'sakti'
wajah gembira yang saya tunjukan setelah mendapat surat ‘sakti’

Setelah berhasil keluar dari sekolah, saya langsung menuju warnet langganan saya. saking seringnya saya melakukan praktek pura-pura sakit, saya sampai mendapat julukan ‘kholis pulang’.

Selain pura-pura sakit, saya juga sering beralasan kerja kelompok untuk main game di warnet. Suatu ketika saya izin untuk kerja kelompok dengan teman saya sebut saja ‘J’. Waktu itu saya ke warnet langganan saya seperti biasa, lalu ambil paket 4 jam seharga Rp.10.000,00-. Namun ketika sedang asyik bermain game, saya dikejutkan oleh adik saya yang tiba-tiba membuka pintu warnet dan memanggil saya untuk pulang.
ekspresi saat melihat adik membuka pintu
ekspresi saat melihat adik membuka pintu

Ternyata adik tidak sendiri, ayah dan ibu saya sudah menunggu di dalam mobil. Bisa dibayangkan seperti apa raut wajah ayah saya ketika tahu saya berbohong.

inilah yang menunggu saya didalam mobil
inilah yang menunggu saya didalam mobil

Usut punya usut, ternyata ibu saya menelpon teman saya si J dan menanyakan keberadaan saya. Sayangnya saya memang tidak memberi tahu si J kalau saya beralasan kerja kelompok karena memang saya tidak menyangka akan kejadian seperti ini.

Pesan moral dari cerita ini: Rencanakan sesuatu dengan matang sebelum berbuat.

Mall paling berkesan di Depok

Depok adalah sebuah kota kecil disebelah jakarta. zaman dulu, kota ini dikenal sebagai tempat jin buang anak. tentu saja itu bukan makna sebenarnya, disebut demikian karena depok pada waktu itu masih berupa daerah sepi yang jarang ditinggali. namun sekarang, kota ini sudah termasuk sebagai kota maju di provinsi jawabarat, bahkan kota Depok termasuk sebagai deretan kota utama yang lokasinya saling berdampingan yaitu Jabodetabek. Deretan kota utama ini dihubungkan oleh jalur kereta commuter line. tarif yang murah dan waktu perjalanan yang relatif cepat membuat commuter line atau biasa disebut CL menjadi primadona transportasi disini. kendalanya hanyalah kepadatan penumpang yang menyesakkan pada saat jam pulang pergi kantor.

 

Belimbing
Belimbing

Belimbing adalah salah satu buah eksotis yang berasal dari negara dengan iklim tropis. Buahnya berbentuk seperti bintang dan berwarna kekuningan jika sudah matang. Buah belimbing digemari karena rasanya yang sangat menyegarkan, tidak hanya itu, buah Belimbing ternyata juga memiliki manfaat bagi kesehatan dan kecantikan, sampai-sampai buah Belimbing dijadikan Ikon di kota Depok. walaupun saya sendiri merasa tidak pernah melihat pohon belimbing selama tinggal di Depok.

Depok masa kini
Depok masa kini

Lain dulu lain sekarang, mungkin kalimat itu cocok untuk menggambarkan kondisi kota Depok saat ini. kota yang dulunya dikenal sebagai tempat jin buang anak sekarang telah menjadi kota maju dengan banyaknya apartment, mall dan perumahan yang bertebaran. Keramaian kota Depok berpusat pada jalan margonda, jalan margonda adalah jalan spanjang 5 km yang bermula dari perbatasan kota Depok yang ditandai dengan tugu selamat datang sampai dengan 2 lampu merah setelahnya. Nama margonda sendiri diambil dari nama salah seorang pejuang kemerdekaan berpangkat letnan muda yang syahid ketika menyerang tentara inggris di Kalibata.

31203354

Plaza Depok atau lebih dikenal dengan Ramayana, adalah Salah satu dari sekian banyak pusat perbelanjaan yang terletak di pinggiran jalan margonda Depok. Ramayana adalah department store yang bergerak dibidang fashion dengan segmentasi pasar untuk kalangan berpenghasilan menengah kebawah. singkatnya, Ramayana adalah toko yang menjual pakaian berkualitas namun dengan harga relatif murah.

Ketika memasuki usia TK (taman kanak-kanak), saya tinggal di kampung manggah. Kampung manggah adalah sebuah perkampungan yang terletak di pinggir jalan margonda. Lokasinya kira-kira sekitar 200m atau sekitar 5 menit berjalan kaki dari Ramayana. Pada waktu itu, hanya ada 2 pusat perbelanjaan di kota Depok, yaitu Ramayana dan Mall Depok. Ramayana memiliki kisah tersendiri dengan saya, kisah yang masih saya ingat sampai sekarang.

Kisah ini bermula ketika saya dan adik saya menemani umi berbelanja pakaian di Ramayana. Waktu itu usia saya sekitar 5 tahun dan adik saya sekitar 3 tahun. Waktu itu saya sekolah TK di Depok 1, sekitar 15 menit perjalanan jika menggunakan angkot (angkutan umum) dari rumah. Biasanya yang menjemput saya sepulang sekolah adalah pembantu yang dibawa langsung dari lampung oleh mbah, namun kali ini sedikit berbeda, yang menjemput saya adalah umi. Ketika menjemput saya, umi tidak sendirian namun ditemani oleh adik saya yang bernama ocat.

Biasanya, sehabis sekolah saya langsung pulang kerumah, namun tidak pada hari itu. Umi mengajak kami untuk berbelanja pakaian di Ramayana. Dengan menaiki angkot selama 15 menit, kamipun sampai persis didepan Ramayana. Sesampainya disana, kami langsung menaiki escalator menuju lantai 3 yaitu ke tempat pakaian wanita dan anak.

Sesampainya disana, umi memilih pakaian untuk kami sekeluarga, sementara saya dan adik saya asyik melihat mainan. Strategi marketing yang diterapkan di Ramayana tergolong bagus. Mereka meletakkan stand mainan pada bagian baju anak, hal itu tentu dapat membuat para ortu merogoh kocek lebih untuk memuaskan keinginan buah hati mereka. Namun sayangnya, strategi marketing yang handal tidak dibarengi dengan pengawasan yang memadai. Sudah hal yang lumrah jika anak kecil mudah tertarik oleh mainan, dengan meletakkan stand mainan ditempat pakaian anak itu berarti sama saja dengan mengalihkan pandangan ortu pada anaknya. ketika ortu sedang memilih pakaian, anak-anaknya berlarian ketempat mainan. disitulah awal mula kisah saya dengan Ramayana yang masih saya kenang hingga sekarang. Ketika sampai dilantai 3, hal yang pertama kali saya lihat adalah mainan. Saya lalu minta izin sama umi untuk melihat koleksi mainan yang ada disana.

Dengan penuh antusias, saya dan adik langsung berlari menuju stand mainan, sesampainya disana yang kami lakukan hanyalah melihat-lihat setumpuk mainan yang ada. Mainan yang saya liat adalah mainan robot dari salah satu serial televisi yang tayang tahun 90-an. Saking asyiknya melihat mainan, kami sampai lupa waktu. Ketika kami kembali, ternyata umi sudah tidak ada ditempat semula. Kami pun akhirnya berkeliling dilantai 3 terutama ditempat pakaian. Pakaian diletakkan di bak-bak besar atau digantungan yang lebih tinggi dari badan kami pada waktu itu. Setelah sekian lama mencari, kami tetap tidak menemukan umi. Kami yang panik akhirnya mulai berteriak memanggil umi sambil menangis sesenggukan, “umiii umiii umiii” kata-kata itulah yang keluar dari mulut kami yang basah kena air mata dan ingus karena menangis.

Karena tidak menemukan umi dilantai 3, kamipun turun menggunakan eskalator kelantai 2. Sepanjang jalan, kami tetap menangis sambil berteriak “umii umii umii”, sampai akhirnya kamipun ditemukan oleh satpam. Satpam yang menemukan kami, langsung menggandeng tangan saya dan menggendong ocat. Lucunya, tangisan saya malah semakin kencang, bukan karena takut pada satpam, melainkan karena saya merasa iri dengan adik saya. Kenapa ocat digendong sementara saya tidak? begitulah yang ada dipikiran saya kala itu. Kami dituntun menuju pusat informasi, sesampainya disana kami diterima oleh seorang wanita – sebut saja mawar. Mba mawar ini kemudian berbicara didepan mic, isi pembicaraannya kurang lebih “telah ditemukan 2 anak hilang, dengan ciri-ciri sebagai berikut….” , lalu mba mawar bertanya kepada kami sambil menyodorkan mic yang dia pegang, ‘namanya siapa dek?’ tanyanya. Karena menangis, suara kami pun tidak jelas, yang terdengar dari Speaker pada sudut-sudut bangunan hanyalah tangisan kami. Untungnya, karena merasa kehilangan, umi juga sedang berjalan ke arah pusat informasi. Akhirnya terjadilah pertemuan yang sangat mengharukan diantara kami, saya lalu bertanya sambil tetap menangis ‘umi tadi kemana? kok olis cari-cari ga ada?’, umi pun menjawab “umi tadi lagi bayar baju sayang”.

begitulah sepenggal kisah mengharukan yang terjadi ketika kami berbelanja di Ramayana. Pelajaran buat para ortu, jangan biarkan putra putri anda yang masih kecil untuk berkeliaran tanpa pengawasan anda di mall.