Dengan tarif sekitar Rp.3.000,00- untuk sekali naik, angkot akan mengantar anda sampai ke tujuan selama masih dalam lingkup trayeknya. Tarif angkot dipengaruhi oleh harga BBM, waktu saya masih SD tarif angkot hanya berkisar Rp.500,00-.
Angkot adalah solusi sekaligus masalah bagi kota besar. Solusinya adalah, angkot bisa menjadi sarana transportasi alternatif bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Namun masalah yang ditimbulkan karena kehadiran angkot jauh lebih besar dari solusi yang dihasilkan.
Masalahnya tidak terletak pada angkot sebagai kendaraan, tapi kepada sopir selaku pengemudi. Sudah menjadi rahasia umum kalau tabiat para sopir angkot sudah termasuk tabiat zaman jahiliyah. Entah apa yang ada pada benak mereka sampai mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penumpang. Mereka bisa dengan seenaknya berhenti dipinggir jalan untuk menunggu penumpang atau biasa disebut ngetem. Perbuatan mereka bisa mengakibatkan kemacetan sepanjang jalan, jika panjang jalannya adalah 10km, maka kemacetan bisa sepanjang 10km. Tidak hanya itu, gaya membawa yang ugal-ugalan juga kerap mendatangkan bencana bagi para pengguna jalan lainnya. Sebagai contoh, ketika mereka membawa angkot dengan kecepatan tinggi lalu melihat ada penumpang dipinggir jalan, mereka akan langsung menukik seenaknya tanpa memberikan sen terlebih dahulu. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh pengemudi ugal-ugalan sudah berhasil mengungguli jumlah kematian yang disebabkan oleh gigitan hiu yang hanya sebanyak 6 orang per tahun 2015.
Pengalaman pahit dengan angkot dirasakan cukup banyak orang, apalagi yang berlalu-lalang pada waktu high traffic seperti waktu pulang kerja. Saya sendiri pernah merasakan ganasnya angkot ketika bersekolah disalah satu SMA kurang favorit di kota saya dulu.
Mungkin anda akan heran kenapa saya bilang sebagai ‘kurang’ favorit? ya karena memang seperti itulah kenyataannya, lokasinya yang cukup masuk ke dalam dan jalanan yang rusak membuat sekolah ini menjadi salah satu pilihan terakhir bagi para orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Tidak hanya jalan yang rusak, akses kesekolah inipun cukup sulit, terbukti dengan tidak adanya angkot yang lewat kecuali angkot yang ngetem saat waktu pulang sekolah.
Selain kondisi jalan yang memprihatinkan, salah satu akses menuju sekolah saya juga melewati kandang ayam, ya bukan sekedar kandang ayam tentunya, dari bau yang ditimbulkan saya menduga kalau ada ratusan sampai ribuan ayam didalam kandang tersebut.
Dulunya sekolah saya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, untungnya karena penduduknya semakin ramai, sekarang tempat pembuangan sampah tersebut sudah dipindah. Coba bayangkan bagaimana bau yang saya dan teman-teman rasakan jika ada kombinasi antara ayam dan sampah?
Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dari sekolah terlepas dari buruknya infrastruktur disekitarnya, salah satunya adalah pengalaman berkesan yang saya dapatkan dengan sahabat saya yang keturunan arab.
Sahabat saya ini adalah hasil cross breed antara jawa malang dan arab, jadi jangan tanya tentang kemampuannya berbahasa arab, untuk urusan ngaji juga mungkin masih lebih faseh saya. Walaupun tidak bisa berbahasa arab, sahabat saya ini punya kebanggaan tersendiri dengan garis keturununannya, bukan karena Nabi berasal dari arab bukan juga karena hidungnya sedikit mancung, melainkan karena ukuran barangnya yang diatas rata-rata orang indonesia. Percakapan nyeleneh juga sering terjadi diantara kami, salah satu adalah “eh lis, gw abis ngukur kemaren, ternyata punya gw 17cm, lu berapa?” dengan nada sedikit mengejek.
Kami memiliki interest yang serupa, tentunya bukan dalam hal ‘mengukur barang’ melainkan karena kami sama-sama pencinta manga dan anime dari Jepang. Koneksi internet dulu tidaklah secepat sekarang, untuk mendapatkan anime kami harus rela merogoh kocek lebih untuk beli dvd bajakan, tentu jauh berbeda dengan sekarang yang segalanya serba download. Toko dvd bajakan langganan kami berlokasi dibelakang salah satu kampus terfavorit se Indonesia. Setiap beberapa minggu sekali, kami rutin membeli dvd disana dengan harga sekitar Rp.7.000,00-/pcs, untuk pembelian dalam jumlah besar kami mendapat potongan harga, biasanya kami bisa membeli sampai 10pcs sekaligus, kegiatan ini berlangsung cukup lama.
Selain suka jejepangan, akhir-akhir ini sahabat saya tertarik dengan sulap. Menonton tutorial sulap sampai mempraktekannya lama-lama menjadi keseharian baginya. Entah apa yang membuat sahabat saya ini tertarik dengan sulap, mungkin karena dia ingin menarik hati wanita yang . Sepertinya dia mulai menyadari bahwa ukuran barang saja tidaklah cukup untuk memikat hati seorang wanita.
Menjadi pesulap handal membutuhkan waktu yang relatif lama, untuk melatih sebuah trik saja sahabat saya sampai membuat matanya bengkak, usut punya usut ternyata dia mempraktekan sebuah teknik mengeluarkan benang dari kelopak mata, entah apa yang ada dipikirannya.
Suatu ketika, saya diminta untuk mengantarnya berbelanja peralatan sulap. Rencana hari itu adalah, ke toko sulap untuk beli peralatan, lalu selanjutnya ke toko dvd bajakan langganan. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan motor blade milik saya.
Perjalanan menuju toko sulap awalnya berjalan lancar, dipinggir jalan masih terlihat penjual hewan qurban walaupun idul adha sudah lewat beberapa minggu. Waktu masih sma, saya punya kebiasaan ngebut dijalan, sebenarnya sih ga niat kebut-kebutan, cuman gaya mengemudi saya memang sembarangan, ada polisi tidurpun saya tetap tancap gas.
Mengobrol sambil jalan juga sudah menjadi kebiasaan saya, ketika ditengah jalan melihat masih ada penjual hewan qurban, saya langsung nyeletuk ‘masih jaman aja jualan qurban, kan idul adha udah lewat’, kira-kira itulah kalimat terakhir yang saya ingat, karena selanjutnya yang saya ingat adalah saya sedang digotong oleh bapak-bapak karena terjepit dikolong angkot. Baru lepas dari himpitan maut kolong angkot, saya langsung dimintai ganti rugi oleh sopir angkot tersebut. Terus terang saja, waktu itu saya masih blank tentang apa yang terjadi, sahabat saya terlihat ‘bengong’ dan tatapan matanya kosong.
walhasil, uang yang tadinya akan saya pergunakan untuk membeli dvd habis untuk mengganti kerugian angkot yang saya tabrak. Ada yang tau, kira-kira pergi kemana saya setelah kecelakaan? kerumah sakit? atau pulang kerumah? jawabannya salah semua, saya tetap melanjutkan perjalanan dengan kondisi luka, dan akhirnya saya tetap beli dvd anime menggunakan uang sahabat saya.
pesan moral: jangan ngomong sembarangan dijalan.