Pada trip kali ini, saya mengalami serangan lintah yang cukup parah, kisah ini bermula ketika saya dan teman-teman mengunjungi Situ Gunung, sebuah kawasan wisata di Sukabumi. Kabupaten Sukabumi, adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat.
Situ Gunung, adalahSebuah danau yang berada di ketinggian sekitar 850 mdpl di kaki gunung Gede Pangrango. Lokasi danau ini sendiri masih berada di kompleks Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sekitar 16 km dari pusat kota Sukabumi
Situ Gunung adalah sebuah danau yang berlokasi di Kecamatan Kadu Dampit, Sukabumi. Berada di kaki Gunung Pangrango, sektiar 16 KM dari Kota Sukabumi, Situ Gunung adalah sebuah danau yang sangat indah dan hijau. Disini anda juga bisa berkemah, namun hati-hati jika anda membawa kamera DSLR anda akan kena pungli sebesar Rp.200.000,00-. Pada akhir januari 2015 lalu, saya dan teman-teman berwisata ke situ gunung. Kami sampai sekitar sampai sekitar jam 4 pagi, waktu itu kondisi masihlah gelap. Namun kondisi gelap tidak menyurutkan niat preman setempat untuk melakukan pungli, untungnya teman saya berbohong dengan mengatakan “kita foto make kamera hp kok mas” sehingga kami tidak perlu membayar lebih.
Selain pemandangan danaunya yang menyejukkan, disana juga ada air terjun yang tidak kalah bagusnya. Setelah puas foto-foto, kami bergegas menuju lokasi air terjun tersebut, karena tidak kami tidak tau jalan, kami memutuskan menggunakan metode GPS (gunakan penduduk sekitar) untuk menemukan lokasi air terjun tersebut. Ternyata lokasi air terjun cukup terpencil sehingga kami harus trekking sekitar 1 jam.
Awalnya perjalanan terasa lancar karena jalur masih datar, namun lama kelamaan jalurnya jadi naik persis seperti ketika naik gunung. Hambatan tidak hanya dari jalurnya namun dari penunggu jalur tersebut. Siapa sangka kalau jalur yang kami lalui penuh dengan lintah.
Saat kami sadar, lintah sudah menempel pada kaki kami, Sebenarnya gigitan lintah sama sekali tidak berasa, namun teriakan dari seorang wanita teman kami yang merasa geli dengan lintah membuat heboh.
Setelah puas mencabut lintah yang menempel pada kaki, kamipun berencana melanjutkan perjalanan menuju air terjun. Rute yang kami tempuh makin lama makin sempit dan menanjak, bahkan kamipun harus melewati batuan-batuan dan jembatan yang berlumut.
Menyebrangi jembatan berlumut tidaklah sulit bagi saya yang sudah terbiasa berolahraga pagi, namun lain halnya dengan teman saya yang berukuran big size. Baginya, menyebrangi jembatan lumut ini terasa sesulit menyebrangi jembatan tali.
‘Gubraaaaakk’ begitulah suara yang terdengar, teman saya yang berbadan besar terpeleset dan terjatuh. Saking kerasnya benturan yang terjadi, jembatan yang kami naikipun patah.
saya yang sedang membantunya menyebrang jadi ikut terjatuh dalam kondisi tangan yang masih berpegangan. Hemm, sangat romantis bukan?
Seandainya wujud teman saya itu seperti model pada foto diatas, tentu momen kami barusan akan menjadi sangat romantis. Walaupun terjatuh, namun tubuh saya yang kuat nan perkasa tetaplah bugar. Sebenarnya saya siap untuk melanjutkan perjalanan, namum karena kondisi teman-teman yang sudah tidak memungkinkan, perjalanan terpaksa kami hentikan dan akhirnya kamipun bergegas untuk kembali turun. Akhirnya kami hanya bisa menikmati air terjun via foto yang kami unduh dari internet.
Sepulang dari Situ Gunung, kami melanjutkan perjalanan ke kota Bandung, kota mode nomor 1 di Indonesia yang mendapat julukan Paris Van Java. Nantikan kisahnya pada artikel selanjutnya.